BAB I
KONSEP MEDIK
A. PENGERTIAN DARI SUDUT PANDANG MEDIS
Kole litiasis adalah imflamasi akut atau kronis dari kandung empeduh. Biasanya berhubungan dengan batu empedu yang tersangkut pada duktus kistik, menyebabkan distensi kandung empedu.
B. ETIOLOGI
Batu-batu (kalkuli) di buat oleh kolestrol, kalsiumdan bilirubin,disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu batu empeduh dapat terjadi pada duktus hepatica, dan duktus pancreas. Kristal dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran imflamasi.
C. PATOFISIOLOGI
Ada dua tipe utama batu empedu : batu yang terutama tersusun dari pigmen dan batu yang terutama tersusun dari kolesterol.
Batu pigmen kemungkinan akan terbentuk bila pigmen yang tak-terkonyugasi dalam empedu mengadakan prepitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Batu ini bertanggungjawab atas sepertiga dari pasien-pasien batuempedu di amerika serikat. Resiko terbentuk batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemoliss dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapt dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan jalan operasi.
Batu kolesterol bertanggunajawab atas sebagian besar kasus batu empedu lainnya di amerika serikat.
Kolesterol yang merupakan unsure normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid) dalam empedu. Pada pasien cenderun menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam hati keadaan ini mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh kolesterol yang kemudian keluar dari getah empedu, mengendap dan membentuk batu. Getah empedu yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu dan berperan sebagai iritan yang menyebabklan peradangan dalam kandung empedu.
Jumlah wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu adalah empat kali lebih banyak daripada laki-laki. Biasanya wanita tersebut berusia lebih dari 40 tahun, multipara dan obesitas. Incident pembentukan batu empedu meningkat pada para pengguna pil kontrasepsi, estrogen dan klofibrat yang diketahui meningkatkan saturasi kolesterol bilier. Insiden pembentukan batu meningkat bersamaan dengan pertambahan umur, peningkatan insiden ini terjadi akibat bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya sintesis asam empedu . disamping itu, resiko terbentuknya batu empedu. Disamping itu, resiko terbentuknya batu empedu juga meningkat akibat malabsorbsi garam-garam empedu pada pasien dengan penyakit gastrointestinal atau fistula T-tube atau pada pasien yang pernah menjalani operasi pintasan atau reseksi ileum. Insidens penyakit ini juga meningkat pada para penyandang penyakit diabetes.
D. MANIFESTASI KLINIK
Batu empedu bias terjadi secara tersembunyi karena tidak menimbulkan rasa nyeri dan hanya menyebabkan gejala gastrointestinal yang ringan. Batu tersebut mungkin ditemukan secara kebetulan saat dilakukan pembedahan atau evaluasi untuk gangguan yang tidak berhubungan samasekali.
Penderita penyakit kandung empedu akibat batu empedu dapat mengalami dua jenis gejala : gejala yang disebabkan oleh penyakit pada kandung empedu itu sendiri dan gejala yang terjadi akibat obstruksi pada lintasan empedu oleh batu empedu. Gejalanya bias bersifat akut ataau kronis. Gangguan epigastrium, seperti rasa penuh, distensi abdomen dan nyeri yang samar pada kuadran kanan atas abdomen, dapt terjadi. Gangguan ini dapt terjadi setelah individu mengkonsumsi maknan yang berlemak atau yang digoreng.
Rasa nyeri dan kolik bilier. Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu. Kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien akan menderita panas mungkin teraba massa padat pada abdomen. Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan, rasa nyeri ini biasanya disertai dengan mual dan muntah dan bertambah hebat dalam jangka waktu beberapa jam sesudah makan makanan dengan porsi besar. Pasien akan membolak balikkan tubuhnya dengan gelisah karena tidak mampu menemukan posisi yang nyaman baginya. Pada sebagian pasien, rasa nyeri bukan bersifat kolik melainkan persisten.
Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago kosta Sembilan dan sepuluh kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dala, dan menghambat pengembangan rongga dada.
Nyeri pada kolesistitis akut dapat berlangsung sangat hebat sehingga diperlukan preparat analgeti yang kuat seperti meperidin. Pemberian morfin diangga[p dapat meningkatkan spasme sfingter oddi sehingga perlu dihindari.
Ikterus. Ikteru dapat dijumpai diantara penderita penyakit kandung empedu dengan persentase yang kecildan biasanya terjadi pada obstruksi duktus koledokus. Obstruksi pengaliran geth empedu ke dalam duodenum akan menimbulkan gejala yang khas yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke dalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyarapan empedu ini membuat kulit dan membrane mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering disertai dengan gejala gatal-gatal yang menjolok pada kulit.
Perubahan warna urine dan feces. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yamg tidak lagi diwarnai oleh pigmen empedu akan tampak kelabu dan biasnya pekat yang disebut clay-colored.
Defisiensi vitamin. Obstruksi aliran empedu juga mengganggu absorbs vitamin A,D, E, dan K yang larut lemak. Karen itu, pasien dapat memperlihatkan gejala defesiensi vitamin-vitamin ini jika obstruksi bilier berjalan lama. Defesiensi vitamin K dapat mengganggu pembekuan darah yang normal.
Bilamana batu empedu terlepas dan tidak lagi menyumbat duktus sistikus. Kandung empedu akan mengalirkan isinya keluar dan proses inflamasi segera mereda dalam waktu yang relative singkat. Jika batu empedu terus menyumbat saluran tersebut, penyumbatan ini dapat mengakibatkan absses, nekrosis dan perforasi disertai peritonis generalisata.S
E. INSIDENS
Batu empedu tidak lazim dijumpai pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu berusia diatas 40 tahun. Sesudah itu, insiden kolelitiasis semakin meningkat hingga suatu tingkat yang diperkirakan bahwa pada usia 75 tahun satu dari tiga orang akan memiliki batu empedu (KMB vol 2, 2001)
F. PENATALAKSANAAN
Operasi pengangkatan kandung emp[edu melalui pembedahan tradisional dianggap sebagai cara pendekatan yang baku dalam penatalaksanaan penyakit ini selama lebih dari 100 tahun. Namun demikian, perubahan dramatis telah terjadi dalam penatalaksanaan bedah dan non bedah terhadap penyakit kandung empedu. Walaupun cara pendekatan nonbedah mempunyai kelebihan dalam hal menghilangkan risiko bedah, cara tersebut biasanya disertai dengan gejala yang menetap atau pembentukan batu kambuhan. Sebagian besar cara nonbedah, yang mencakup litotripsi dan pelarut batu empedu hanya bersifat sementara. Dengan semakin banyaknya kolesistektomi laparoskopik yangf dilakukan dimana kandung empedu diangkat lewat luka insisi yang kecil pada umbilikius, resiko bedah sudah berkuran disertai penurunan lama tingal di RS dan lama periode kesembuhan. Meskipun demkian, cara pendekatan lain yang dibahas di bawah ini mungkin diperlukan untuk pasien-pasien tertentu.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan untuk penyakit kandung empedu sering masuk rumah sakit atau unik bedah (one-day care surgeri) pada pagi hari sebelum pembedahan. Pemeriksaan yang dilakukan sebelum pasien masuk rumah sakit biasanya telah diselesaikan satu minggu atau lebih sebelum dirawat dengan demikian hanya sedikit waktu yang tersedia untuk melakukan anamnesis riwayat penyakit atau pemeriksaan fisik yang ekstensif. Sebagai konsekuensinya, anamnesis dan pemeriksaan harus difokuskan pada persoalan yang paling penting bagi pasien serta bagi tim kesehatan yang akan menangani perawatanselama dan sesudah pembedahan.
Pengkajian harus difkuskan pada status pernafasan pasien. Jika operasi yang direncanakan berupa pembedahan tradisional, insisi abdomen yang diperlukan selama pembedahan dapat mempengaruhi gerakan penuh pernafasan. Riwayat merokok atau masalah pernafasan sebelumnya perlu diperhatikan. Respirasi dangkal, batuk persisten atau tidak efektif dan adanya suara nafas tambahan yang harus dicatat. Status nutrisi dievaluasi melalui anamnesis riwayat diet, pemeriksaan umum dan pemantauan hasil-hasil yang didapat sebelumnya.
B. DIAGNOSA
Berdasarkan pada semua ata pengkajian, diagnosa keperawatan utama bagi pasien yang menjalani pembedahan penyakit kandung empedu mencakup yang berikut :
• Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan insisi bedah
• Kekurangan volume cairan
• Gangguan nutrisi berhubungan dengan sekresi getah empedu yan tidak adekuat
• Kurang pengetahuan tentang kegiatan merawat diri sendiri setelah pulag dari rumah sakit
C. INTERVENSI DAN RASIONAL
1. Diagnosa : nyeri
intervensi Rasional
Obsevasi dan catat lokasinya, beratnya (skala 0-10) dan karakter nyeri (menetap,hilang timbul, kolik).
Tindakan tirai baring , biarkan pasien melakukan posisi yang nyaman
Dorong mengunakan teknik relaksasi, contoh bimbingan imajenasi, visualisasi , latihan nafas dalam . berikan aktifasi senggang Membantu membedahkan penyebab nyeri dan memberikan informasi tentang kemajuan/ perbaikan, terjadinya komplikasidan kefektifan intervensi
Tirai baring pada posisi fowler rendah menurunkan tekanan intra abdomen; namun pasien akan melakukan posisi yang menghilangkan nyeri secara alami
Meningkatkan istirahat, memusatkan kembali perhatian, dapat meningkatkan koping
2. Diagnosa : Kekurangan volume cairan
intervensi Rasional
Pertahankan masukan dan haluan akurat, perhatikan haluaran kurang dari masukan, peningkatan berat jenis urine, kaji membran mukosa/kulit, nadi perifer, dan pengisian kapiler.
Awasi tenda dan gejala peningkatan atau berlanjutnya mual atau muntah. Kram abdomen, kelemahan,kejang ringan, kecepatan jantung tak teratur, parestesia, hipoaktif atau tekadnya bising usus, depresi pernapasan
Kaji pendarahan yang tak biasanya , contoh pendaharaan gusi, ekimosis, petekie, hematemesis/melena
Memeberikan informasi tentang status cairan/volume sirkulasi dan kebutuhan penggantian
Muintah berkepanjangan,aspirasi gaster, dan pembatasan pemasukan oral dapat menimbulkan defisit nnatrium, kalium dan klorida
Protombrin darah menurun dan waktu koagulasi memanjang bila aliran empedu terhambat, meningkatkan resiko pendarahan tau hemorogi
3. Diagnosa :Ganguan nutrisi
intervensi Rasional
Kaji distensi abdomen, sering bertahak, berhati-hati menolak gerakan
Perkiraan / hitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal
Timbang sesuai indikasi
Berikan suasana menyenangkan pada saat makan, Tanda non verbal ketidaknyamanan berhubungan dengan gangguan pencernaan, nyeri gas.
Mengidentifikasikan kekurangan/kebutuhan nutrisi, berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan
Mengawasi keefektifan rencana diet
Untuk meningkatkan napsu makan.
4. Diagnosa : kurang pengetahuan
Intervensi Rasional
Berikan penjelasan atau alasan tes dan persiapannya.
Kaji ulang proses penyakit diskusikan perawatan dan pegobatan. Dorong pertanyaan , ekspresi masalah.
Kaji ulang program obat, kemungkinan efek samping.
Informasi menurunkan cemas, dan rangsangan simpatis
Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan berdasarkan informasi. Komunikasi efektif dan dukungan turunkan cemas dan tingkatkan penyembuhan
Batu empedu sering berulang, perlu terapi jangka panjang. Terjadinya diare/kram selama terapi senodiol dapat dihubungkan dengan dosis dan dapat diperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges M.E., RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN : PEDOMAN UNTUK PERENCANAAN DAN PENDOKUMENTASIKAN PERAWATAN Ed. 3, 2000, EGC : Jakarta.
Barbara., RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Volume 2, 2001, EGC : Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C., BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Brunner & Suddarth Ed. 8 Volume 3, 2001, EGC : Jakarta.
http://www.fortunestar.co.id/health.
http://www.cermindunia kedokteran.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar